
Bandarlampung – Kasus dugaan ijazah palsu yang melibatkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lampung Selatan atas nama Supriyati terus bergulir dan perhatian publik.
Dalam kasus dugaan ijazah palsu tersebut, Direktorat Kriminal Khusus (Ditkrimsus) Polda Lampung telah menetapkan dua orang tersangka, yakni Supriyati (50) sebagai pengguna ijazah palsu dan AS (Akhmad Sahrudin) sebagai penerbit ijazah palsu.
AS mengaku menerima uang sejumlah Rp 1,5 juta dari Supriyati sebagai imbalan untuk memproses ijazah palsu yang digunakan oleh politisi perempuan tersebut. Ijazah itu kemudian disertakan dalam persyaratan pencalonannya sebagai anggota legislatif pada pemilu sebelumnya.
“Berdasarkan keterangan, ijazah tersebut merupakan ijazah paket C yang dibuat atas permintaan pihak tertentu,” kata Dr. Januri, kuasa hukum AS, dari LBH Albantar saat diwawancarai Lampung.Viva.co.id, Selasa (29/4/2025).
Januri menjelaskan, proses pembuatan ijazah palsu ini melibatkan dokumen seperti fotokopi ijazah SMP, kartu keluarga, KTP, pas foto, serta biaya sebesar Rp1.500.000.
“Ijazah tersebut dibuat dalam waktu satu minggu di kantor BPHR PDI Perjuangan Kabupaten Lampung Selatan,” jelasnya.
Ijazah yang digunakan adalah lembar kertas asli dari Dinas Pendidikan Kabupaten Lampung Selatan, tetapi identitas yang tercantum di dalamnya adalah milik orang lain.
“Ijazahnya asli, tetapi isinya palsu karena menggunakan nama orang lain. Ijazah itu milik orang lain, tetapi diganti namanya menjadi Supriyati,” ucap Januri.
ebelumnya, Direktur Kriminal Khusus (Dirkrimsus) Polda Lampung, Kombes Pol Dery Agung Wijaya menyatakan siap untuk segera melimpahkan tersangka dan barang bukti ke Kejaksaan Tinggi (Kejati) Lampung. Pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak penuntut umum Kejati Lampung.
“Perkara sudah dinyatakan lengkap dan dalam waktu dekat kami akan segera melaksanakan tahap dua ataupun pengiriman tersangka dan barang bukti ke Kejati,” kata Kombes Pol Dery Agung Wijaya, (24/4/2025).
Saat ini, lanjut Kombes Dery, pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Penuntut Umum Kejati Lampung untuk waktu yang tepat dalam pengiriman tersangka dan barang bukti.
“Karena kita akan melakukan tahap dua atau pengiriman tersangka dan BB saat ini kami sedang melaksanakan koordinasi untuk waktu yang tepat dalam hal pengirim,”Ujarnya
Dalam kasus ijazah palsu ini, Kombes Dery menjelaskan pihaknya akan dikenakan pasal tentang sistem pendidikan nasional dengan hukuman pidana maksimal lima tahun penjara atau denda Rp500 juta.
“Yang bersangkutan kita kenakan tindak pidana sistem pendidikan nasional yang diatur dalam UU nomor 20 Tahan 2003 tentang sistem pendidikan nasional,” jelasnya.
Diketahui, salah satu anggota DPRD Lampung Selatan, Supriyati, yang berasal dari Fraksi PDIP, telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Lampung pada pertengahan Dersember 2024, dalam kasus dugaan pemalsuan ijazah yang digunakan pada kontestasi Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Berdasarkan hasil penyelidikan, Supriyati diduga menggunakan ijazah yang dikeluarkan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Bougenvil, yang tidak memenuhi ketentuan prosedural yang diatur dalam undang-undang dan peraturan lainnya yang berlaku di sektor pendidikan.
Pelanggaran ini dapat diketahui dan dibuktikan melalui data yang tercantum dalam ijazah tersebut merupakan milik orang lain yang salah satu pokoknya adalah nomor induk siswa nasional (NISN).
Kasus dugaan ijazah palsu Supriyati ini mencuat setelah ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Gepak Lampung melaporkan dugaan penggunaan ijazah palsu yang dilakukan oleh caleg terpilih dari Dapil 6 Lampung Selatan ke Polda Lampung pada akhir Juli 2024 lalu. (*)