
Lampung Utara Kabarlampung – Oknum Kepala SMP Negeri 1 Sungkai Jaya diduga pungut biaya pembangunan sekolah pada ratusan peserta didik baru yang dikemas lewat pungutan seragam. Ia mengaku tidak menolak bila diberiĀ uang “fee” dari pihak konveksi.
Hal itu diketahui atas laporan sejumlah wali murid pada awak media yang menyatakan pihak sekolah telah memungut biaya senilai Rp600 ribu untuk biaya seragam sekolah dan pembangunan sekolah.
“Jadi waktu dikumpulkan itu kami disuruh bayar Rp600 ribu. Katanya untuk bayar seragam sekolah Rp550 ribu, yang Rp50 ribu untuk bangunan (pembangunan sekolah),” kata wali murid yang enggan disebut identitasnya.
Pernyataan serupa juga datang dari wali murid lainnya. Bahkan, dalam bukti pembayaran (kwitansi) yang diberikan pihak sekolah juga disebutkan rincian penggunaan dana yang harus disetorkan ke sekolah.
“Kwitansinya ditulis juga untuk bayar seragam dan bangunan. Yang kami lihat di sekolah memang sedang merehab pos satpam,” ujar sumber lainnya.
Sementara itu, Kepala SMPN 1 Sungkai Jaya, Juliadi ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon selulernya, membenarkan pihaknya telah memungut biaya dari wali murid untuk keperluan seragam sekolah.
Namun, pernyataan soal dana yang dihimpun sebagian akan digunakan untuk pembangunan sekolah tidaklah benar. Ia menyangkal tudingan soal adanya tarikan dana untuk pemeliharaan ataupun pembangunan fasilitas sekolah.
“Uang itu untuk seragam. Nilainya Rp600 ribu, tidak ada untuk uang bangunan. Rencananya bangunan ini mau saya ambil dari dana bos,” kelitnya, Senin, (04/08/2025).
Dirinya juga menjelaskan rincian seragam yang harus ditebus peserta didik dari pihak konveksi diantaranya satu stel seragam batik, seragam olahraga, ikat pinggang, dan atribut sekolah lainnya.
“Itu kan konveksinya langsung yang menyiapkan. Kalau kerja sama itu tidak ada, jadi konveksi datang dan menawarkan produknya,” ujarnya.
Sebelumnya, kata dia, ada dua pengusaha konveksi yang datang kesekolah. Namun dirinya mengaku lebih memilih pihak konveksi yang berasal dari Simpang Propau Abung Selatan, ketimbang yang dari wilayah Sungkai Selatan.
Sebab, kata dia, contoh bahan-bahan yang digunakan lebih bermutu dari pihak konveksi asal Kecamatan Abung Selatan dan pihak ketiga tersebut sudah dari tahun 2000 berlangganan dengan SMPN 1 Sungkai Jaya.
“Tadinya ada dua konveksi, dari Propau dan Sungkai. Tapi saya memilih yang dari Simpang Propau karena bahannya bagus,” imbuhnya.
Ketika disinggung mengenai adanya komitmen fee (bagi hasil) atas penjualan seragam di sekolah, dirinya tak menampik jika tradisi bagi hasil itu ada.
“Saya gak tahu kalo itu, kalo dikasi konveksinya saya ambil, saya baru satu tahun lo, yang penting seragam anak anak bisa sama kaya yang lain “,” ujarnya mengakui.